Pelumas
MATA KULIAH
TEKNIK PERAWATAN MESIN
NAMA : INNEL DWI PUTRI LAHARISA
NPM : 22417931
KELAS : 3IC05
TEKNIK PERAWATAN MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2020
I. PENGERTIAN PELUMAS
Seperti yang telah kita bahas pada kesempatan sebelumnya, bahwa lubrikasi atau pelumasan adalah sebuah proses atau teknik untuk mengurangi gesekan serta keausan atas salah satu atau kedua permukaan yang saling bersentuhan dan bergerak relatif terhadap satu sama lain, dengan memberikan zat pelumas di antara keduanya. Sedangkan bahan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara kedua permukaan tersebut disebut dengan pelumas. Bahan pelumas menjadi komponen utama pada setiap sistem lubrikasi.
Berbagai tipe pelumas telah dikembangkan dan terus diinovasikan untuk disesuaikan dengan kebutuhan mesin yang ada. Luasnya penggunaan bahan pelumas menjadikan penting untuk kita pahami sistem klasifikasi bahan-bahan pelumas tersebut. Pelumas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara yakni pengklasifikasian secara umum, pengklasifikasian berdasarkan aplikasinya, serta pengklasifikasian berdasarkan zat aditifnya.
Secara umum bahan pelumas diklasifikasikan berdasarkan wujud dari materialnya, yakni liquid (cair), semi liquid (grease), dan padat. Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai pelumas oli dan cukup lazim kita temui sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox, ataupun sistem lainnya. Pelumas semi liquid lebih dikenal sebagai grease memiliki kekentalan lebih tinggi dibandingkan dengan pelumas oli dan memang cenderung lebih “padat” daripada oli. Sedangkan pelumas padat memiliki wujud padat dan dibutuhkan pada kasus-kasus tertentu yang tidak dimungkinkan untuk menggunakan pelumas oli maupun grease.
1. Pelumas Cair
Sebagian besar pelumas oli yang beredar di pasaran dan paling banyak penggunaannya terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena itulah sering kali kita menyebutnya sebagai mineral oil, yakni oli yang berbahan dasar dari minyak bumi hasil tambang (mining). Oli mineral dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu Paraffinic, Naphtenic, dan Aromatic. Pengklasifikasian tersebut dilakukan berdasarkan sifat kimiawi serta fisika dari berbagai jenis oli mineral.
a. Oli Paraffinic (parafin) diproduksi melalui proses pemecahan
molekul hidrokarbon minyak bumi atau biasa dikenal dengan
hydrocracking. Sebagian besar molekul oli parafin memiliki
struktur molekul rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercincin.
b. Oli parafin memiliki kestabilan viskositas dan tahan terhadap
oksidasi. Oli ini memiliki titik temperatur bakar tinggi serta titik
temperatur alir (pour point) tinggi. Pour point (titik alir) adalah
titik temperatur dimana sebuah cairan memadat dan kehilangan
kemampuannya untuk mengalir. Oli parafin sangat baik digunakan
pada mesin manufaktur, untuk pelumas mesin industri, serta pada
proses produksi industri karet, tekstil, dan kertas.
c. Oli Naphtenic diproduksi dari minyak bumi melalui proses
distilasi atau penyulingan. Sebagian besar molekul oli naphtenic
memiliki struktur cincin hidrokarbon jenuh. Dengan struktur kimia
semacam itu, oli tipe ini memiliki tingkat viskositas rendah, titik
bakar rendah (mudah terbakar), titik alir rendah, serta ketahanan
terhadap oksidasi yang relatif rendah. Karena sifatnya yang mudah
terbakar, maka oli naphtenic lebih cocok digunakan pada kondisi
temperatur kerja rendah, terutama untuk pendingin trafo industri,
serta pendingin pada proses permesinan.
d. Aromatic oil merupakan hasil dari proses pemurnian lebih lanjut
dari oli parafin. Melalui proses pemurnian tersebut didapatkan oli
dengan struktur hidrokarbon cincin-tak-jenuh. Cincin hidrokarbon
tersebut bersifat jauh lebih stabil dan tidak mudah putus, sehingga
oli aromatik memiliki titik bakar lebih tinggi. Pelumas oli aromatik
berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan seal
manufaktur, serta sebagai perekat dan pengencer produksi aspal.
Pelumas oli mineral memiliki keterbatasan paling besar yakni kurangnya ketahanan terhadap temperatur kerja tinggi. Aromatic oil memang memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi, akan tetapi tingkat kekentalannya terlalu besar sehingga tidak mudah digunakan sebagai pelumas mesin. Solusi dari kelemahan tersebut adalah dibuatnya oli melalui proses sintesa sehingga didapatkan oli dengan spesifikasi terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan. Pelumas jenis ini biasa kita kenal sebagai oli sintetis, sebab oli tipe ini tidak berasal dari minyak bumi melainkan dari bahan organik maupun anorganik yang melewati proses-proses khusus sehingga didapatkan spesifikasi yang dibutuhkan terutama ketahanan terhadap temperatur tinggi.
Kelebihan pelumas oli:
1. Kelebihan yang paling utama adalah sangat cocok digunakan pada
mesin-mesin putaran tinggi.
2. Memiliki viskositas rendah sehingga mudah membentuk lapisan
film pelumas di setiap permukaan logam yang dilindungi dan
memastikan selalu ada jarak antara dua permukaan komponen
yang bertemu.
3. Karena berfase cair maka ia sangat mudah menyerap dan
memindahkan panas.
Kekurangan pelumas oli:
1. Membutuhkan ruang yang lebih besar untuk menampung oli.
2. Membutuhkan sistem sealing untuk mencegah oli bocor keluar.
3. Membutuhkan tambahan sistem pendingin jika pelumas bekerja
pada temperatur ekstrim.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.teknik-otomotif.com/2017/04/macam-macam-sistem-pelumasan-mesin.html

Komentar
Posting Komentar